Tampilkan postingan dengan label Masjid. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Masjid. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 09 Mei 2020

KETIKA ALLAH SWT TAK MAU MENERIMA KITA DI RUMAHNYA. TANYA KENAPA.


Allah SWT menurunkan mahluk-Nya yang tak dapat dilihat mata karena terlalu kecil;
bernama CORONA di awal November,
di sebuah negeri yang tak mengenalNya : Wuhan.

Kini si mahluk kecil itu memporak porandakan segala sendi kehidupan 2/3 dunia. 
Ekonomi global mengalami anomali yang sulit dinalar.

Ketakutan dimana mana. 
Kematian cukup banyak hanya dalam waktu singkat saja.

Saat umroh dilarang oleh otoritas Saudia,
.. kita masih tidak terlalu risau karena hanya orang mampu dan terpanggil yang bisa melakukannya. 

Kita masih bisa berapologi : 
" ...Ah umroh kan gak wajib. Lagian rumah Allah kan bukan cuma di Mekkah Madinah.. masih ada Masjid².. Gak masalah Umroh ditutup..."

Pada detik itu,
Hanya berfikir : Allah menutup pintu rumah besarNya hanya untuk kaum - kaum jauh. 
Allah hanya memberikan kesempatan pada penduduk sekitar dan para pelayan sejati yang diperbolehkan bertawaf di baitul atiqNya...

Namun tadi malam,
.. Majelis Ulama Indonesia MUI mengeluarkan fatwa pelarangan Sholat Jumat, Taraweh Ramadhan dan pelaksanaan Sholat Iedul fitri untuk daerah terdampak corona yg ditetapkan pemerintah. 
Dan bisa jadi meluas dari yang sekarang.
Bahkan Mudikpun akan dilarang..

Bertanya dalam renung.
Apakah Engkau marah Rabb-ku ?
Ketika sebelum ini :
Masjid² Megah namun Sepi..
Musholla² Bertebaran namun Berdebu...
Taraweh Ramai namun hanya di Awal Ramadhan..
Lebaran katanya Mudik, namun tetap hanya notifikasi WA-lah yang saling Bermaafan...

Ya Rabb..

Saat tak dibebaskan lagi bagi kami bersujud di rumahMu yang suci,
Saat terbatasi bagi kami berjamaah dengan para jamaah saudara seiman kami,
Baru kami Paham : 
Arti Kehilangan..

Betapa mulai sunyi pengeras suara masjid disekitaran kami dari celoteh kanak² dan pujian²..

Betapa sepi jalanan depan rumah kami dari ramainya TPA dan ibu² yang hendak pengajian...

Betapa terasa saat semua hal yang selama ini kami abaikan itu, telah selanjutnya jadi pelarangan..

Nikmat yang Dicabut itu,
Barulah menggerogoti Relung Kedamaian..

Ya Allah,
Pesan Cinta apa yang ingin Kau sampaikan?

Atau memang sudah tak sudi lagi,
Engkau melihat wajah kami, mendengar keluh kesah kami, menatap tangis kami dan meraba senyum bahagia kami di Rumah²Mu ?

Ya Rabb sekarang kami bisa merasakan bagaimana perasaan saudara kami di Uiyghur, Myanmar, Suriah dan Palestina yang harus berjuang untuk bisa berada di masjid²Mu. 

Sementara kami,
Malah sering dan seringkali malas menuju masjid yg hanya beberapa langkah dengan aman dan nyaman.. 

Ya Rabb kini kami sadar arti silahturahmi yang dulu kami anggap hanya basa basi. 
Sekarang kami tak bisa dalam kerumunan dan forum dakwah yang mendatangkan banyak orang lagi..

Corona..
Mahluk Kecil Tak Nampak oleh Mata..
Namun mampu merusak Tatanan Ketenangan dunia..

Ya Rabb jangan kau buat ramadhan kami nanti akan terasa sepi hambar. 
Membayangkan tak ada sholat taraweh berjamaah, tadarrus ramai ramai, dan membangunkan sahur sambil berkeliling kampung. 
Apalagi membayangkan : Tak ada lagi mudik berdesakan...

Jangan ya Rabb...
jangan ya Rabb...
Jangan Kau cabut Nikmat yang berpuluh tahun kami nikmati namun telah kami abaikan..

Apa Engkau Menyentil kami?
Ketika ada kesempatan,
Kami malah cukup mengumbar WA KoPas-an untuk bermaafan?

Apa Engkau MengKapoki kami?
Ketika takziah yang 1 kota saja,
Kami hanya titip kalimat Innalillah melalui Grup Rekan dan Teman?

Jangan Kau cabut Nikmat ini ya Rabb..
Karena kini,
kami akhirnya benar² hanya bisa bertemu dalam tegur WA atau Kalimat Telpon dan Pesan..

Engkau menuruti kami Ya Rabb..
Menuruti pengabaian kami..
Yang kami ciptakan sendiri..

Maafkan kami Rabbi..
Maafkan kami..

Masihkah ada kesempatan lagi?
Bukankah Maha PengasihMu,
Melebihi MurkaMu pada kami ?

Ya Rabb..
Hidupnya Mahluk Corona adalah semata mata atas KehendakMu.
Engkau yang Menghidupkan segalanya..
Engkaupun yang Mematikan segalanya..

Mohon Ya Rabb
Panggil kembali mahluk corona ke tubuh tubuh hewan seperti sebelumnya. 
Cukupkan tugas mereka untuk mengingatkan kami semua. 

Ya Allah,
Berilah obat untuk wabah ini.
Dan Berilah tobat bagi kami..

Pertemukan kami dengan ramadhan penuh berkah,
Tanpa Corona antara Kita. 

Aamiin yaa Rabbal Alaamiin...😰😭

#muhasabahdiri
#Saatnya_menguatkan_iman_dan_imun

Kamis, 16 April 2020

Ijin mengingatkan ibadah di hari Jum'at 🙏🏼

Seperti pekan lalu, pekan ini kita tak bisa ke Masjid untuk Sholat Jum'at lagi. Sedih memang. Tapi semoga ini adalah keputusan terbaik untuk keselamatan dan kemaslahatan bersama.

Padahal Jum'at bagi seorang Muslim bukan sekedar Farîdhah Usbû'iyah (kewajiban pekanan), Sayyidul Ayyâm (hari terbaik) dan Mukaffirah Adz-Dzunûb (penghapus dosa), tetapi Jum'at juga merupakan Mahatthatul Hayâh (terminal kehidupan). Sebagai momentum menyiapkan bekal spiritual guna mengarungi kehidupan tujuh hari yang akan datang.

Agar fungsi tarbawi (kependidikan) dari Jum'at tersebut tidak ikut ter-lockdown, sebenarnya ada beberapa amalan istimewa di hari Jum'at yang tetap bisa kita lakukan di rumah kita masing-masing, tujuh diantaranya:

(1) Tetap Memperbanyak Sholawat

Dari Anas bin Malik, Rasulullah ﷺ pernah bersabda:

أَكْثِرُوا الصَّلاَةَ عَلَىَّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَلَيْلَةَ الْجُمُعَةِ فَمَنْ صَلَّى عَلَىَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا

"Perbanyaklah shalawat kepadaku pada hari Jum'at dan malam Jum'at. Barangsiapa yang bershalawat kepadaku satu kali niscaya Allah bershalawat kepadanya sepuluh kali." (HR. Baihaqi).

Sholawat kepada Rasulullah ﷺ adalah bukti cinta kepadanya. Saat kadang diri lalai melantukannya setiap hari, targhîb (anjuran) untuk memperbanyaknya pada malam dan hari Jum'at menjadi semacam cegatan, agar tidak keterusan lalai sepanjang pekan. Dan itu tidak terkait dengan Sholat Jum'at.

(2) Tetap Sholat Shubuh Berjama'ah

Dari Abdullah bin Umar, Rasulullah ﷺ bersabda:

إن أفضل الصلوات عند الله صلاة الصبح يوم الجمعة في جماعة

"Seutama-utamanya shalat di sisi Allah adalah shalat Shubuh pada hari Jum'at secara berjamaah." (HR. Baihaqi).

Keutamaan shalat Shubuh di hari Jum'at ini bertambah lagi dengan membaca surat As-Sajdah dan Al-Insân, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah dalam hal ini (HR. Bukhari, no. 851).

Ibnu Hajar dalam Fathul Bâri menjelaskan, "Hikmahnya didalam dua surat ini terdapat petunjuk kejadian yang ada di dalamnya berupa penciptaan Adam dan kejadian hari kiamat; karena hal itu akan terjadi pada hari Jum'at." 

Dalam kondisi sekarang ini, semoga Sholat Subuh yang kita laksanakan berjama'ah di rumah bersama keluarga, tetap tercatat sebagai amalan paling utama dan paling dicintai Allah Ta'ala, serta menjadi pengingat diri akan dahsyatnya huru-hara kiamat.

(3) Tetap Melakukan Mandi Besar

Diriwayatkan dari sahabat Abu Sa’id Al-Khudhri, Rasulullah ﷺ bersabda:

غُسْلُ يَوْمِ الجُمُعَةِ وَاجِبٌ عَلَى كُلِّ مُحْتَلِمٍ

“Mandi Jum’at itu wajib atas setiap orang yang telah baligh.” (HR. Bukhari & Muslim)

Dari hadits tersebut, sebagian Ulama menyimpulkan bahwa mandi besar di hari Jum'at hukumnya wajib. Ini mengandung hikmah shihhiyâh (kesehatan) yang dahsyat. Dimana menjadi sekat pengingat, agar seorang Muslim rutin melakukan bersih-bersih diri, minimal sepekan sekali. Itu selain mandi Junub karena mimpi basah atau hubungan suami-isteri.

Apalagi jika didukung dengan memotong kuku, membersihkan bulu kemaluan, membersihkan bulu ketiak, dan memotong kumis, sebagaimana termaktub dalam hadits Khomsun minal Fithrah (Lima Kesucian). Maka dengan tetap melakukannya, kita tidak kehilangan Tarbiyah Shihhiyah dari Jum'atan.

(4) Tetap Membaca Surat Al-Kahfi

Dari Abu Sa'id Al-Khudzri, Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ فِى يَوْمِ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّورِ مَا بَيْنَ الْجُمُعَتَيْنِ

“Barangsiapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, dia akan disinari cahaya di antara dua Jum’at.” (HR. An-Nasa’i).

Keutamaan di atas tidak terikat khusus dengan pelaksanaan Sholat Jum'at. Maka jangan sampai ditinggalkan. Justru dengan tidak keluar rumah, kita punya lebih banyak waktu untuk tidak sekedar membacanya, tapi juga mentadabburi makna dan tafsirnya.

Karena di balik anjuran untuk membaca surat Al-Kahfi berulang tiap pekan, pasti ada hikmah istimewa dan pelajaran besar yang harus kita ambil darinya. Seperti kisah Ashhâbul Kahfi, Nabi Musa bersama Nabi Khidir, dan Dzul Qornain.

(5) Tetap Dengarkan Khutbah

Dari Jabir bin Samurah, dia berkata tentang khutbah Rasulullah ﷺ:

كَانَتْ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خُطْبَتَانِ يَجْلِسُ بَيْنَهُمَا
يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيُذَكِّرُ النَّاسَ

“Rasulullah ﷺ menyampaikan dua khutbah dimana beliau duduk di antara keduanya, (dan dalam khutbah itu) beliau membaca al-Quran dan mengingatkan manusia.” (HR. Muslim)

Di antara hikmah disyariatkannya Sholat Jum'at, ia adalah momentum untuk menyampaikan wasiat kebaikan. Khutbah yang berisi ajakan untuk meningkatkan takwa dan menyampaikan ilmu itu, adalah oase hati bagi seorang Muslim.

Dengan adanya Sholat Jum'at, seorang Muslim seperti "dipaksa" mendengarkan nasehat minimal sepekan sekali. Maka agar hari Jum'at tidak kehilangan hikmah dan fungsi tarbawi-nya, tetaplah dengarkan Khutbah melalui berbagai media dan teknologi yang ada.

Seperti khutbah yang disiarkan oleh Masjid Al-Haram dan Masjid Nabawi. Dimana meski Sholat Jum'at padanya tertutup untuk umum, namun tetap bisa dinikmati melalui televisi atau live streaming YouTube.

(6) Tetap Lakukan Evaluasi dan Planing

Sebagaimana tersirat dalam surat Al-Hasyr ayat 18, kita sebagai seorang Muslim dituntut untuk menjadi pribadi yang evaluatif sekaligus visioner. Dan untuk melakukan evaluasi (muhâsabah) atau merencanakan masa depan (takhthîth) perlu adanya momentum dan periodesasi.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah ﷺ pernah bersabda:

الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ، وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ، وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ، مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ، إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ

"Sholat lima waktu, antara Jum'at ke Jum'at berikutnya, dan Ramadhan ke Ramadhan berikutnya, itu dapat menghapus dosa antara itu semua, selagi menjauhi dosa besar" (HR. Muslim).

Dalam hadits di atas selain berbicara tentang keutamaan berupa pengampunan dosa, sebenarnya juga tersirat periodesasi kehidupan yang bisa dijadikan momentum perubahan diri bagi seorang Muslim.

Salah satunya adalah hari Jum'at yang bisa dijadikan momentum evaluasi dan planing dalam periode waktu satu pekan. Tentu selain Sholat Fardhu (harian), Ramadhan (Tahunan) dan dalam riwayat yang lain Haji atau Umrah (seumur hidup).

(7) Tetap Berdoa di Waktu Mustajab

Di antara keistimewaan hari Jum'at adalah adanya waktu tertentu yang mustajab untuk berdoa. Meskipun ada riwayat menyebutkan bahwa waktu mustajab itu adalah antara dua khutbah dalam sholat Jum'at, namun riwayat yang lain menyebutkan bahwa ia ada antara habis 'Ashar hingga menjelang Maghrib.

Dari Jabir bin Abdullah, Rasulullah ﷺ bersabda:

يَوْمُ الْجُمُعَةِ اثْنَتَا عَشْرَةَ سَاعَةً لاَ يُوجَدُ فِيهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللهَ شَيْئًا إِلاَّ آتَاهُ إِيَّاهُ فَالْتَمِسُوهَا آخِرَ سَاعَةٍ بَعْدَ الْعَصْرِ

"Pada hari Jum’at terdapat dua belas jam, di antara waktu itu ada waktu dimana tidaklah seorang muslim memohon sesuatu kepada Allah melainkan Dia akan mengabulkan permintaannya. Oleh karena itu, carilah ia di akhir waktu setelah ‘Ashar." (HR. Abu Dawud).

Maka sesudah sholat 'Ashar, terutama menjelang waktu Maghrib, hentikan semua aktivitas, segera masuk ke Musholla rumah dan berdoa dengan khusyu' memohon ampunan dan kebaikan dari Allah Ta'ala, terutama keselamatan dari wabah Corona.

Demikian. Semoga dengan tetap mengamalkan tujuh hal di atas, meski Masjid-Masjid sementara ditutup, fungsi tarbawi dari hari Jum'at tidak ikut ter-lockdown. Ia tetap menjadi Sayyidul Ayyâm (hari terbaik), Mukaffirah Adz-Dzunûb (penghapus dosa), dan Mahatthatul Hayâh (terminal kehidupan).

#DiRumahAja
#Jum'atBerkah