Selasa, 14 April 2020
PSBB, AL QURAN DAN IMUNITAS TUBUH
Oleh Ahmad Syaikhu
Wabah Corona yang masih berlangsung sampai saat ini, harus dihadapi antara lain dengan memperkuat imunitas tubuh.
Mengapa? Sebab, menurut banyak ahli kesehatan, salah satu cara terbaik melawan Corona adalah dengan meningkatkan imunitas.
Daya tahan tubuh antara lain dapat diperoleh dengan cara membaca Al-Qur’an. Selain tentu saja dengan makanan, minuman dan vitamin lainnya.
Mengapa Al-Qur’an dapat meningkatkan imunitas tubuh? Dalam suatu konferensi kedokteran di Kairo, Doktor Ahmad Al-Qadli menyatakan bahwa mendengarkan atau membaca Al-Quran mampu menimbulkan ketenangan jiwa.
Kondisi ini menyebabkan peningkatan daya imunitas tubuh melawan serangan penyakit.
Ahli penyakit jantung dan direktur lembaga pendidikan dan penelitian kedokteran Islam di Amerika itu menyampaikan hal tersebut setelah mengadakan riset lapangan.
Ada 210 pasien sukarela selama 48 kali pengobatan yang dibarengi dengan pembacaan Al-Quran atau memperdengarkannya. Hasilnya, 77% dari sampel acak yang terdiri dari muslim dan non muslim menampakkan adanya gejala pengenduran saraf yang tegang dan selanjutnya ini menimbulkan ketenangan jiwa.
Semua gejala tadi direkam dengan alat pendeteksi elektronik yang dilengkapi dengan komputer untuk mengukur setiap perubahan yang terjadi dalam tubuh selama pengobatan.
Menurut Al-Qadli, berkurangnya ketegangan saraf ini mampu mengaktifkan dan meningkatkan daya imunitas tubuh dan memperoleh proses kesembuhan pasien.
Penemuan seperti ini tentu semakin meyakinkan kita terkait i’jazul Qur’an (kemu’jizatan Al-Quran). Memang Allah SWT sudah menegaskan bahwa Al-Qur’an adalah obat, sebagaimana firman Allah SWT
وَنُنَزِّلُ مِن ٱلْقُرْءَانِ مَا هُوَ شِفَآءٌ وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ ٱلظَّٰلِمِينَ إِلَّا خَسَارًا
“Dan Kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS. Al-Isra 82)
NENEK PEMUNGUT DAUN
Kisah nyata yg menyentuh dan tetap nikmat dibaca meskipun telah berulang
Alkisah pada sebuah kota di Pulau Madura, tersebutlah seorang nenek yg kesehariannya bekerja sebagai penjual bunga cempaka di sebuah pasar.
Seperti kebiasaan setiap harinya usai berjualan, sang nenek selalu menyempatkan diri mampir ke Masjid Agung yg terdapat di kota itu dengan berjalan kaki walau jaraknya cukup jauh.
Ia kemudian berwudhu, masuk ke Masjid, dan melakukan shalat dhuhur.
Setelah berdzikir dan berdoa sekedarnya, ia segera keluar dari Masjid dan membungkuk-bungkuk badannya di halaman Masjid. Untuk apa? Si nenek dengan sabarnya memunguti serta mengumpulkan daun-daun yang berserakan di halaman Masjid tersebut.
Selembar demi selembar daun dikaisnya. Tak satu lembar daun pun ia lewatkan.
Tentu saja agak lama sang nenek membersihkan halaman Masjid dengan cara seperti itu. Padahal matahari Madura di siang hari sungguh panas menyengat, hingga keringat pun jadi membasahi sekujur tubuhnya.
Banyak jemaah Masjid yang jatuh iba kepadanya, sehingga suatu hari Ta'mir Masjid memutuskan untuk membersihkan sendiri dedaunan itu sebelum si nenek tersebut datang.
Pada suatu hari, seperti biasanya sang nenek datang dan langsung masuk Masjid.
Berwudhu' dan dilanjutkan Shalat. Usai shalat, ketika ia hendak melakukan kebiasaan rutinnya, betapa terkejutnya ia. Sebab tak ada satu lembar pun daun yang berserakan disana. Ia kembali lagi ke Masjid dan menangis dengan sesenggukan di hadapan jamaah. Ia mempertanyakan mengapa daun-daun itu sudah dibersihkan sebelum kedatangannya.
Para jemaah mencoba menjelaskan bahwa mereka merasa kasihan kepadanya sehingga mereka mendahului membersihkan sebelum kedatangan si nenek.
"Jika kalian kasihan kepada saya, berikan kesempatan kepada saya untuk membersihkannya! Biarkan saya yang akan melakukannya." pinta nenek tersebut.
Singkat cerita, akhirnya sang nenek dibiarkan mengumpulkan dan membersihkan dedaunan itu seperti biasanya.
Karena orang-orang menjadi penasaran dengan kelakuan nenek tersebut, maka salah seorang kyai diminta untuk menanyakan kepada si nenek mengapa ia begitu bersemangat membersihkan dedaunan itu.
Maka bertanyalah sang Kyai. Akan tetapi Perempuan tua itu hanya mau menjelaskan sebabnya dengan dua syarat:
Pertama : Hanya Kyai yang mendengarkan rahasianya.
Kedua : Rahasia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup. (Sekarang sang nenek telah meninggal dunia dan kita dapat mendengarkan rahasia tersebut)
Setelah sang Kyai berjanji, maka berkatalah si nenek :
"Saya ini perempuan bodoh, Pak Kyai." tuturnya.
"Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya jalankan. Yang saya tahu, saya tidak mungkin selamat pada hari kiamat dan di akhirat tanpa mendapat syafaat Kanjeng Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya mengucapkan satu shalawat kepada Rasulullah. Kelak jika saya mati, saya ingin Kanjeng Nabi menjemput saya. Memberi syafaat kepada saya. Biarlah semua dedaunan itu bersaksi bahwa saya telah membacakan shalawat kepadanya." tambah nenek tua tersebut.
Sang kyai hanya mampu tertegun mendengarkan cerita nenek tersebut. Seakan tidak percaya dengan apa yang telah didengarnya.
Perempuan tua yang hanya dari sebuah kampung itu, tidak saja telah mengamalkan dan mengungkapkan rasa cintanya kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam bentuknya yang tulus. Ia juga telah menunjukkan sifat kerendahan hati (tawadhdhu’) di hadapan manusia, dan tadharru’ (kerendahan diri ke Hadirat Tuhannya), serta pengakuan akan keterbatasan amal dihadapan Allah Subhanahu wata'ala
Lebih dari itu, ia juga memiliki kesadaran spiritual yang tinggi, yang amat luhur. Ia sadar bahwa dia tidak dapat hanya mengandalkan amalannya untuk dapat selamat di Akhirat kelak. Dia sangat bergantung pada Rahmat dari Rabb-nya
Dan siapa lagi yang menjadi rahmat di semesta alam ini selain Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam?
Karenanya, syafaat dari Rasulullah itulah yang sangat dia harapkan.
Subhanallah....
Allahumma shalli 'ala Muhammad wa'ala ali Muhammad.
Kisah nyata ini dituturkan oleh salah satu Kyai di Madura, Bapak K.H. D. Zawawi Imron.
KISAH SEBUAH MAKAM DI TURKI BERPINDAH KE MADINAH
Dikutip dari kitab "Karomatul Auliya Wa Thobaqotul Auliya' Dan Hilyatul Auliya"
Suatu ketika As-Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki Al Hasani Berkata; Dulu ada seorang tua di Turki yang hobinya membaca Al Qur'an, dari masa muda memang dia senang membaca Qur'an sampai dimasa tuanya. Namun ketika dia memasuki usia tua, dia mengalami kesulitan membaca dikarenakan kemampuan matanya sudah tidak seperti dulu lagi.
Lalu ia pun memiliki ide untuk menulis Al Qur'an dengan tangannya sendiri dan ingin menulis dengan huruf agak besar sesuai dengan yang dia inginkan, supaya ia bisa membaca Al Qur'an dengan jelas tanpa kesulitan sedikitpun. Akhirnya selesailah Al Qur'an hasil tulisan tangannya sendiri. Dan setiap hari ia membaca & membawa Al Qur'an itu kemana mana.
Suatu saat ketika dia hendak wafat, ia berpesan kepada anaknya, nanti bila ia wafat maka hendaklah Al Qur'an yang dibuat dengan tulisan tangannya sendiri itu di ikut sertakan kedalam jasadnya ke dalam kuburnya. Selang berapa lama ia pun wafat dan anaknya pun segera menunaikan wasiat ayahnya untuk memasukkan Al Qur'an itu kedalam kubur ayahnya bersama jasadnya pada saat pemakamannya.
Setelah berlalu satu tahun dari wafat ayahnya. Anaknya pun menunaikan ibadah haji. Dan saat anaknya berada di Madinah, anaknya berjalan-jalan ketempat perbelanjaan. Dan ia memasuki sebuah kedai kitab & kaligrafi di Madinah. Alangkah terkejut anaknya ketika melihat Al Qur'an yang ditulis ayahnya ada di kedai itu.
Ia pun bertanya kepada penjaga kedai itu sambil menunjukkan Al Qur'an itu kepada penjaga kedai: "Dari manakah al Qur'an ini didapat"?
Maka penjaga kedai itu Menjawab:
Saya mendapatkan al Qur'an itu dari seorang penggali kubur".
Anaknya berkata lagi :
Bisakah anda mempertemukan kepada saya penggali kubur tersebut".
Lalu penjaga kedai itu pun segera mempertemukannya dengan penggali kubur tersebut. Setelah bertemu dengan penggali kubur itu, anaknya tadi segera bertanya kepada penggali kubur.
Bagaimana anda bisa mendapatkan al Qur'an ini" (sambil menunjukkan Al Qur'an tulisan tangan ayahnya kepada penggali kubur tersebut).
Lalu penggali kubur itu berkata :
Saat saya menggali kubur untuk seseorang di Baqi' (pemakaman di Madinah), saya melihat sebuah jasad masih utuh dan di samping jasad itu ada sebuah Al Qur'an tulisan tangan persis dengan yang ada ditangan anda sekarang ini.
Saya pun mengambilnya dan menyimpannya, dan suatu ketika saya butuh uang, karena saya butuh uang akhirnya saya menjualnya ke sebuah kedai".
Anaknya pun berkata lagi kepada penggali kubur: Bisakah anda menunjukkan kepada saya, dimana letak posisi makam dimana anda menemukan Al Qur'an ini. Dan kalau anda mau bisakah anda menggali makam tersebut untuk saya sekali saja, karena saya ingin melihat orang yang ada didalam makam tersebut".
Penggali kubur itu berkata: insyaa Alloh saya akan lakukan, bila itu yang anda minta"
Setelah penggalian dilakukan oleh si penggali kubur. Akhirnya tampaklah, ternyata memang jasad ayahnya yang berada di dalam kubur tersebut, sementara jasadnya dalam keadaan masih utuh. Anak itupun menangis melihat jasad ayahnya tersebut dan kagum dengan keajaiban tersebut. Padahal dia melihat sendiri saat pemakaman ayahnya itu di Turki setahun yang lalu. Dan bagaimana bisa makam ayahnya sekarang berada di Madinah.
Dan mengenai hal ini As-Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani berkata :
المَرْءُ مَعَ مَنْ اَحَبَّ
"Seseorang itu akan dikumpulkan bersama orang yang dia Cintai"
Baik di dunia, di alam kubur ataupun di akhirat nanti. Karena orang yang di dalam kubur tersebut mencintai Rosululloh Saw, maka Alloh mengumpulkan dia dengan Rosululloh Saw, baik secara dzohir ataupun secara batin. Dan menurut Imam Al Ghozali itu bukan suatu perkara yang sulit atau mustahil. Dan kejadian seperti itu memang sudah sering terjadi.
Subhanallah
Semoga Keluarga kita dan anak keturunan kita, Istiqomah dalam membaca Al-Qur'an, dan semoga Allah jadikan Keluarga kita menjadi keluarga yang Sholeh dan sholehah, Amiin.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ، الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ، نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ، وَالْهَادِي إِلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ وَعَلىَ آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ العَظِيْمِ
Kamis, 09 April 2020
Doa Jumat
Bismillahirohmannirrohim..
Assalamuallaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh
Ya Allah..
Dihari Jumat yg penuh berkah ini, kami mohon padaMu Ya Allah....
Lindungilah keluarga kami, sanak saudara kami, sahabat kami, dan negara ini dari penyakit yg sedang melanda negri tercinta....
Angkat dan hilangkan lah penyakit dari tubuh kami semua, berikan kesembuhan, hanya Engkaulah Ya Allah Dzat Maha Penyembuh.
Hanya padaMu kami mohon pertolongan dan perlindungan dari segala macam mara bahaya..
Ya Allah..
Ampunilah atas segala dosa dan khilaf kami, jadi kanlah kami hambaMu yg selalu sabar menghadapi semua cobaan Mu.....
Aamiinn... Ya Rabbal Alamiinn..🤲🤲🤲😭😭😭🙏.
Selamat menunaikan Shalat Subuh.
Jumat, 03 April 2020
MENOLAK BAHAYA VIRUS CORONA DENGAN BERSEDEKAH
Musibah yang Allah turunkan kepada manusia disebabkan karena ulah dan dosa manusia. Hendaknya kita berusaha untuk mencari keridhaan Allah kembali.
Diantara petunjuk Rasulullah shallallaahu'alaihi wa sallam dalam menolak musibah adalah dengan bersedekah, lebih utama lagi sedekah yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi
ㅤ
صَدَقَةُ السِّرِّ تُطْفِئُ غَضَبَ الرَّبِّ.
ㅤ
“Sedekah secara sembunyi-sembunyi itu memadamkan KEMURKAAN Rabb (Allah).” [HR. Ath-Thabrani]
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda,
ㅤ
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللهِ لاَ يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ، وَلاَ لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا
ㅤ
“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah, tidaklah terjadi gerhana karena kematian seseorang, tidak pula karena kelahirannya, maka jika kalian melihat gerhana, berdoalah kepada Allah, bertakbir, sholat dan bersedekah.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Aisyah radhiyallahu’anha]
ㅤ
Walau perintah bersedekah dalam hadits ini terkait dengan gerhana, akan tetapi makna hadits ini bersifat umum, yaitu anjuran bersedekah ketika menghadapi ancaman bahaya.
ㅤ
Asy-Syaikh Ibnu Daqiqil ‘Ied rahimahullah berkata,
ㅤ
وفي الحديث دليل على استحباب الصدقة عند المخاوف لاستدفاع البلاء المحذور
ㅤ
“Dan dalam hadits ini terdapat dalil disunnahkannya bersedekah dalam keadaan-keadaan genting, untuk menolak bencana yang dikhawatirkan.” [Ihkamul Ahkam]
Semoga dengan bersedekah, Allah akan mengangkat wabah ini dan kita bisa kembali beribadah di rumah-Nya di bulan Ramadhan.
Aamin..
♻Silahkan share dan raihlah amal jariyah.Semoga memberikan manfaat.
Jazakumullahu khairan
🕋🕋🕋🕋🕋🕋🕋
Selasa, 31 Maret 2020
Sadarkah anda, Hujan sebagai disinfektan gratis yg menakjubkan?
Ia mengalir vertikal dari langit ke tanah dengan membawa siraman tetesan air berlimpah, mengenai permukaan apa saja yang ditemuinya lalu menyeret partikel apa saja yang menempel di permukaan itu termasuk droplet virus.
Diseretnya mengalir menjauh ke permukaan yang lebih rendah dan masuk ke dalam tanah.
Hujan adalah jawaban Tuhan atas doa-doa kita yang kekurangan disinfektan untuk membersihkan lingkungan dari virus corona.
QS al-Furqan 48 dan al-Anfaal 11, hujan disebut sebagai al-ma' ath-thahur, air yang suci, bersih, mensucikan, membersihkan. Ilmuwan setuju hujan adalah hasil penyulingan di langit sehingga menjadi pembersih dan pembasmi kotoran terbaik yang mampu mensterilkan bumi yang tercemar. Semoga hujannya menghanyutkan semua virus....Aamiin yaa robbal aa'lamiin...🤲🤲🤲
Senin, 30 Maret 2020
MUNGKIN DOAMU.. SIAPAPUN DIRIMU!
Konon,
analisa belakangan memperhitungkan:
pada pertengahan April 2020 mendatang,
jumlah positif Covid-19 akan menembus 500.000 orang
di negeri Zamrud Katulistiwa kita ini!
Semoga angka kematiannya
tidak menembus 10 %.
Karena itu berarti: 50.000 jiwa!
*
Maka sudah berhari-hari ini,
seharusnya kita semua tersadar,
bahwa kita tidak punya daya apapun.
Bahwa kita tak punya kekuatan apapun.
Kita sekumpulan makhluk yang lemah
di hadapan keMahaPerkasaan-Nya...
*
Tiba-tiba teringatlah jiwa,
pada sebuah kisah klasik di zaman Salaf.
Kisah sesosok Tukang Sepatu di Kota Sang Nabi.
Sosoknya tiada dikenal oleh sesiapa.
Tapi di malam yang sungguh senyap itu,
ia datang bersimpuh menghamba pada Rabb segala hamba.
Kota Sang Nabi dalam paceklik yang berat.
Dan segenap penduduknya telah merintih pedih.
Tahun itu sungguh berat.
Hingga mereka pun menegakkan Istisqa’
demi turunnya hujan mengakhiri derita itu.
Tapi, rintihan Istisqa’ itu belum kunjung terkabulkan...
Hingga,
Sang Hamba dalam gelap itupun bersimpuh di sana.
Di hadap salah satu tiang Masjid Nabawi.
Menghamba sepenuh hati.
Bersujud sepenuh rindu.
“Duhai Rabbi, duhai Rabbi...
Segenap ahli kota Nabi-Mu ini telah memohon pada-Mu
agar Engkau sudi turunkan hujan untuk mereka.
Tapi Engkau belum turunkan itu untuk mereka...
Maka aku bersumpah atas Nama-Mu, duhai Rabbi,
Karuniakan hujanMu untuk mereka, ya Allah...”
Begitu Sang Hamba dalam gelap itu merintih.
Seorang tabi’in hebat, Muhammad bin al-Munkadir,
menjadi saksi doa “Sang Hamba dalam gelap” itu.
Tapi ia pun sempat bergumam:
“Majnun!”
Yah, siapa pula Si “Hamba dalam gelap” itu
dibanding segenap penduduk Kota Sang Nabi?
Sedang doa mereka sahaja belum kunjung terkabulkan...
Tapi tiba-tiba, Muhammad bin al-Munkadir bertutur:
“...aku dengarkan suara guntur menggelegar!
Tidak lama kemudian,
hujan turun tak terkira lebatnya.
Lalu kudengar ia (Si Hamba dalam gelap itu)
melantunkan segala puja dan puji tak terkira,
sambil berkata:
“Duhai, siapakah gerangan hamba ini, hingga Engkau kabulkan pintaku, Ya Allah?
Tapi hamba berlindung padaMu
dengan segenap pujian dan keMahabesaranMu...’”
Si “Hamba dalam gelap” itupun menghabiskan malam itu
dalam sujud-sujud yang panjang hingga subuh menjelang.
Seusai itu, ia keluar meninggalkan mesjid.
Lalu saat adzan berkumandang,
ia kembali datang ke Masjid Sang Nabi,
seakan tak pernah hadir di sana samasekali.
*
Disingkatkan ceritanya:
Muhammad bin al-Munkadir penasaran sungguh hatinya.
Siapakah Si “Hamba dalam gelap” itu?
Disusurinya jejak Sang Hamba itu,
hingga ia pun tahu, “Si Hamba dalam gelap” itu
tak lebih dari seorang tukang sol sepatu.
Bahkan siapa namanya sekali pun,
tak pernah tercatat dalam lembar sejarah.
Karena saat ia tahu Muhammad bin al-Munkadir
mengetahui “kisah doanya” malam itu,
“Si Hamba dalam gelap” itu pun pergi menghilang:
entah ke mana...
*
Maka di hari-hari yang semakin kabut ini,
mungkin engkaulah “Si Hamba dalam gelap” itu!
Aku tak pernah peduli tentang dirimu, Kawan:
meski engkau seorang pendosa yang merintih dalam dosa,
meski engkau seorang pengantar keliling yang jarang terlihat,
meski engkau seorang yang tak dikenang sebagai ahli ibadah.
Jangan remehkan dirimu.
Meski engkau seorang pendosa hina.
Karena engkau sedang berdoa
kepada Sang Maha Pengampun!
Jangan remehkan dirimu.
Meski kisahmu adalah kisah yang kelam.
Karena engkau sedang berdoa
kepada Sang Maha Penerima taubat hambaNya!
*
Hari-hari ini, doa-doamu adalah senjata kita semua,
mengetuk pintu langit,
membujuk Sang MahaTinggi,
agar melipur hati dan jiwa yang gelisah ini,
agar mengangkat musibah dan wabah ini,
agar melindungi segenap anak negeri ini,
agar menjaga para dokter, perawat dan segenap tenaga medis,
agar memperbaiki kepemimpinan di negeri ini,
agar akhirnya setiap hati terhidayahi di jalan bencana ini,
agar akhirnya –saat semua usai:
kita semua semakin menyadari
betapa berharganya kesempatan hidup ini
untuk menyemaikan kisah kebahagiaan abadi
dalam episode perjalanan kita di Ukhrawi...
Berdoalah, Kawan.
Berdoalah, Kawan.
Berdoalah, Kawan.
Jangan putus. Jangan berhenti.
Mungkin dari berjuta doa yang melesat,
Doamu-lah –yah, doamu, Kawan- yang menembus pintu langit...
Mungkin engkaulah “Si Hamba dalam gelap” itu...
Akhukum,
✍🏻 Muhammad Ihsan Zainuddin
♻Silahkan share dan raihlah amal jariyah.Semoga memberikan manfaat.
Jazakumullahu khairan
Langganan:
Postingan (Atom)