Selasa, 23 Juli 2019
🕘 W A K T U🕞
Berhati2 dalam mengunakan waktu yg di titipkan oleh allah
Kalau Di Masa Lalu Kita Belajar Waktu Adalah Uang,
Mulai Saat Ini Mari Kita Belajar !!!
Waktu Adalah Nafas ".
Waktu Adàlah Ibadah".
Waktu Adalah Nafas Yang Setelah Terlewat Tidak Akan Bisa Kembali
WAKTU Adalah Ibadah Karena Setiap Detik Harus Bernilai Ibadah. Apa Pun Aktivitasnya.
Manusia Sesungguhnya Hanya Pengendara Di Atas Punggung Usianya.
Digulung Hari Demi Hari, Bulan Dan Tahun Tanpa Terasa.
Nafas Kita Terus Berjalan Seiring Jalannya Waktu, Setia Menuntun Kita Ke Pintu Kematian.
Sesungguhnya Dunia-Lah Yang Makin Kita Jauhi ...Dan
Liang Kubur-Lah Yang Makin Kita Dekati...
1 Hari Berlalu, Berarti 1 Hari Pula Berkurang Usia Kita.
Umur Kita Yang Tersisa Di Hari Ini Sungguh Tidak Ternilai Harganya,
Sebab Esok Hari Belum Tentu Jadi Bagian Dari Diri Kita.
Karena Itu, Jangan Biarkan HARI INI Berlalu Tanpa KEBAIKAN Yang Bisa Kita LAKUKAN,
JANGAN Tertipu Dengan USIA MUDA, Karena SYARAT Untuk MATI Tidaklah Harus TUA.
JANGAN Terperdaya Dengan Badan Sehat, Karena SYARAT MATI Tidak Pula Harus SAKIT....
Teruslah
Berbuat Baik…
Berkata Baik…
WALAU Tidak Banyak Orang Yang Mengenali Kebaikan Kita, Tapi KEBAIKAN Yang Kita Lakukan Adalah KEBAHAGIAAN Dimana Perbuatan BAIK Kita Akan Terus Dikenang Oleh Mereka Yang Kelak Kita Tinggalkan.
Jadilah Seperti AKAR Yang TIDAK TERLIHAT, Tapi Tetap MENYOKONG KEHIDUPAN...
Jadilah Seperti JANTUNG Yang TIDAK TERLIHAT, Tapi Terus BERDENYUT Setiap Saat TANPA HENTI;
Hingga Membuat Kita TERUS HIDUP, Sampai BATAS WAKTUNYA Untuk BERHENTI...
Mari... Jadikan Hari Ini Lebih Baik Dari Hari Kemarin.dan Hari Esok Harus Lebih Baik Dari Hari ini.
#Semangat motivasi kehidupan ke arah yang lebih baik#
Keutamaan Menghadiri Majelis Ilmu Di Masjid
1.Dimudahkan jalannya menuju surga
Orang yang keluar dari rumahnya menuju masjid untuk
menuntut ilmu syar’i, maka ia sedang menempuh jalan menuntut ilmu. Padahal
Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:
مَن سلَك طريقًا يطلُبُ فيه عِلْمًا، سلَك اللهُ به
طريقًا مِن طُرُقِ الجَنَّةِ
“Barangsiapa menempuh jalan menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan
jalannya untuk menuju surga” (HR. At
Tirmidzi no. 2682, Abu Daud no. 3641, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abu Daud).
2. Mendapatkan ketenangan, rahmat dan
dimuliakan para Malaikat
Orang yang mempelajari Al Qur’an di masjid disebut
oleh Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam akan mendapat
ketenangan, rahmat dan pemuliaan dari Malaikat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ
يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ
عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ
وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَه
“Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah dari rumah-rumah Allah
(masjid) membaca Kitabullah dan saling mempelajarinya, melainkan akan turun
kepada mereka sakinah (ketenangan), mereka akan dinaungi rahmat, mereka akan
dilingkupi para malaikat dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di sisi para
makhluk yang dimuliakan di sisi-Nya” (HR.
Muslim no. 2699).
Makna dari وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ “mereka
akan dilingkupi para malaikat“,
dijelaskan oleh Al Mula Ali Al Qari:
مَعْنَاهُ الْمَعُونَةُ وَتَيْسِيرُ الْمُؤْنَةِ
بِالسَّعْيِ فِي طَلَبِهِ
“Maknanya mereka akan ditolong dan dimudahkan dalam
upaya mereka menuntut ilmu” (Mirqatul Mafatih, 1/296).
3. Merupakan jihad fi sabilillah
Orang yang berangkat ke masjid untuk menuntut ilmu
syar’i dianggap sebagai jihad fi sabilillah. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
مَن دخَل مسجِدَنا هذا لِيتعلَّمَ خيرًا أو يُعلِّمَه
كان كالمُجاهِدِ في سبيلِ اللهِ ومَن دخَله لغيرِ ذلكَ كان كالنَّاظرِ إلى ما ليس
له
“Barangsiapa yang memasuki masjid kami ini (masjid Nabawi) untuk
mempelajari kebaikan atau untuk mengajarinya, maka ia seperti mujahid fi
sabilillah. Dan barangsiapa yang memasukinya bukan dengan tujuan tersebut, maka
ia seperti orang yang sedang melihat sesuatu yang bukan miliknya” (HR. Ibnu Hibban no. 87, dihasankan Al Albani
dalam Shahih Al
Mawarid, 69).
4. Dicatat sebagai orang yang shalat
hingga kembali ke rumah
Jika seorang berangkat ke masjid berniat untuk shalat,
kemudian setelah shalat ada pengajian (majelis ilmu), maka selama ia berada di
majelis ilmu dan selama ada di masjid, ia terus dicatat sebagai orang yang
sedang shalat hingga kembali ke rumah.
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
إذا تَوضَّأَ أحدُكُم في بيتِهِ ، ثمَّ أتَى المسجدَ ،
كان في صلاةٍ حتَّى يرجعَ ، فلا يفعلْ هكَذا : و شبَّكَ بينَ أصابعِهِ
“Jika seseorang berwudhu di rumah, kemudian mendatangi masjid, maka ia
terus dicatat sebagai orang yang shalat hingga ia kembali. Maka janganlah ia
melakukan seperti ini.. (kemudian beliau mencontohkan tasybik dengan
jari-jarinya)” (HR. Al Hakim no. 744,
Ibnu Khuzaimah, no. 437, dishahihkan Al Albani dalam Irwaul Ghalil, 2/101).
Tasybik adalah menjalin jari-jemari.
5. Dicatat amalannya di ‘illiyyin
Jika seorang berangkat ke masjid berniat untuk shalat,
kemudian setelah shalat ada pengajian (majelis ilmu) hingga waktu shalat
selanjutnya (semisal pengajian antara maghrib dan isya), maka ia terus dicatat
amalan kebaikan yang ia lakukan di masjid, di ‘illiyyin.
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
صلاةٌ في إثرِ صلاةٍ لا لغوَ بينَهما كتابٌ في
علِّيِّينَ
“Seorang yang setelah selesai shalat (di masjid) kemudian menetap di sana
hingga shalat berikutnya, tanpa melakukan laghwun (kesia-siaan) di antara
keduanya, akan dicatat amalan tersebut di ‘illiyyin” (HR. Abu Daud no. 1288, dihasankan Al Albani
dalam Shahih Abu
Daud).
Dijelaskan oleh Syaikh Sulaiman bin Amir Ar
Ruhaili hafizhahullah:
والكتاب في العلِّيِّينَ كتاب لا يكسر و يفتح إلى يوم
القيامة محفوظ لا ينقص منه شيئ
“Catatan amal di ‘illiyyin adalah
catatan amal yang tidak akan rusak dan tidak akan dibuka hingga hari kiamat,
tersimpan awet, tidak akan terkurangi sedikit pun”
Dan tentu saja orang yang menuntut ilmu di masjid akan
mendapat semua keutamaan menuntut ilmu secara umum yang ini jumlahnya banyak
sekali.
Semoga Allah Ta’ala menambahkan semangat kepada untuk
terus menuntut ilmu syar’i, terutama di zaman penuh syubuhat dan fitnah ini.
Semoga Allah memberi taufik.
***
Faidah dari kajian Fiqhu Al Mashalih wal Mafasid, oleh Syaikh Sulaiman bin Amir Ar Ruhaili
Langganan:
Postingan (Atom)