Senin, 30 Maret 2020

MUNGKIN DOAMU.. SIAPAPUN DIRIMU!


Konon, 
analisa belakangan memperhitungkan:
pada pertengahan April 2020 mendatang,
jumlah positif Covid-19 akan menembus 500.000 orang
di negeri Zamrud Katulistiwa kita ini!

Semoga angka kematiannya 
tidak menembus 10 %.
Karena itu berarti: 50.000 jiwa!



Maka sudah berhari-hari ini,
seharusnya kita semua tersadar,
bahwa kita tidak punya daya apapun.
Bahwa kita tak punya kekuatan apapun.
Kita sekumpulan makhluk yang lemah
di hadapan keMahaPerkasaan-Nya...



Tiba-tiba teringatlah jiwa,
pada sebuah kisah klasik di zaman Salaf.

Kisah sesosok Tukang Sepatu di Kota Sang Nabi.
Sosoknya tiada dikenal oleh sesiapa.
Tapi di malam yang sungguh senyap itu,
ia datang bersimpuh menghamba pada Rabb segala hamba.
Kota Sang Nabi dalam paceklik yang berat.
Dan segenap penduduknya telah merintih pedih.
Tahun itu sungguh berat.
Hingga mereka pun menegakkan Istisqa’
demi turunnya hujan mengakhiri derita itu.
Tapi, rintihan Istisqa’ itu belum kunjung terkabulkan...

Hingga,
Sang Hamba dalam gelap itupun bersimpuh di sana.
Di hadap salah satu tiang Masjid Nabawi.
Menghamba sepenuh hati.
Bersujud sepenuh rindu.

“Duhai Rabbi, duhai Rabbi...
Segenap ahli kota Nabi-Mu ini telah memohon pada-Mu
agar Engkau sudi turunkan hujan untuk mereka.
Tapi Engkau belum turunkan itu untuk mereka...
Maka aku bersumpah atas Nama-Mu, duhai Rabbi,
Karuniakan hujanMu untuk mereka, ya Allah...”
Begitu Sang Hamba dalam gelap itu merintih.

Seorang tabi’in hebat, Muhammad bin al-Munkadir,
menjadi saksi doa “Sang Hamba dalam gelap” itu.
Tapi ia pun sempat bergumam:
“Majnun!” 
Yah, siapa pula Si “Hamba dalam gelap” itu
dibanding segenap penduduk Kota Sang Nabi?
Sedang doa mereka sahaja belum kunjung terkabulkan...

Tapi tiba-tiba, Muhammad bin al-Munkadir bertutur:
“...aku dengarkan suara guntur menggelegar!
Tidak lama kemudian,
hujan turun tak terkira lebatnya.
Lalu kudengar ia (Si Hamba dalam gelap itu) 
melantunkan segala puja dan puji tak terkira,
sambil berkata:
“Duhai, siapakah gerangan hamba ini, hingga Engkau kabulkan pintaku, Ya Allah?
Tapi hamba berlindung padaMu
dengan segenap pujian dan keMahabesaranMu...’”

Si “Hamba dalam gelap” itupun menghabiskan malam itu
dalam sujud-sujud yang panjang hingga subuh menjelang.
Seusai itu, ia keluar meninggalkan mesjid.
Lalu saat adzan berkumandang,
ia kembali datang ke Masjid Sang Nabi,
seakan  tak pernah hadir di sana samasekali.



Disingkatkan ceritanya:
Muhammad bin al-Munkadir penasaran sungguh hatinya.
Siapakah Si “Hamba dalam gelap” itu?
Disusurinya jejak Sang Hamba itu,
hingga ia pun tahu, “Si Hamba dalam gelap” itu
tak lebih dari seorang tukang sol sepatu.

Bahkan siapa namanya sekali pun,
tak pernah tercatat dalam lembar sejarah.
Karena saat ia tahu Muhammad bin al-Munkadir
mengetahui “kisah doanya” malam itu,
“Si Hamba dalam gelap” itu pun pergi menghilang:
entah ke mana... 



Maka di hari-hari yang semakin kabut ini,
mungkin engkaulah “Si Hamba dalam gelap” itu!

Aku tak pernah peduli tentang dirimu, Kawan:
meski engkau seorang pendosa yang merintih dalam dosa,
meski engkau seorang pengantar keliling yang jarang terlihat,
meski engkau seorang yang tak dikenang sebagai ahli ibadah.

Jangan remehkan dirimu.
Meski engkau seorang pendosa hina.
Karena engkau sedang berdoa
kepada Sang Maha Pengampun!

Jangan remehkan dirimu.
Meski kisahmu adalah kisah yang kelam.
Karena engkau sedang berdoa
kepada Sang Maha Penerima taubat hambaNya!



Hari-hari ini, doa-doamu adalah senjata kita semua,
mengetuk pintu langit,
membujuk Sang MahaTinggi,
agar melipur hati dan jiwa yang gelisah ini,
agar mengangkat musibah dan wabah ini,
agar melindungi segenap anak negeri ini,
agar menjaga para dokter, perawat dan segenap tenaga medis,
agar memperbaiki kepemimpinan di negeri ini,
agar akhirnya setiap hati terhidayahi di jalan bencana ini,
agar akhirnya –saat semua usai:
kita semua semakin menyadari
betapa berharganya kesempatan hidup ini
untuk menyemaikan kisah kebahagiaan abadi
dalam episode perjalanan kita di Ukhrawi...

Berdoalah, Kawan.
Berdoalah, Kawan.
Berdoalah, Kawan.
Jangan putus. Jangan berhenti.
Mungkin dari berjuta doa yang melesat,
Doamu-lah –yah, doamu, Kawan- yang menembus pintu langit...

Mungkin engkaulah “Si Hamba dalam gelap” itu...

Akhukum,
✍🏻 Muhammad Ihsan Zainuddin

♻Silahkan share dan raihlah amal jariyah.Semoga memberikan manfaat.
Jazakumullahu khairan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar